Umum

Empat Perkara Mudah Mencapai Redha Allah…

Berkata Syeikh Sya’rawi Rahimahullah…

Bila kamu nampak semut, maka janganlah kamu membunuhnya. Carilah dengan itu wajah Allah, semoga Allah mengasihani kamu sebagai mana kamu mengasihaninya. Kamu ingatlah bahawa ia bertasbih kepada Allah, maka jangan engkau hentikan tasbih ini dengan membunuhnya.

Bila kamu nampak burung sedang minum air dari kolam, maka jangan lah kamu lalu di sebelahnya sehingga menakutkannya. Biarkan ia dengan perasaan yang aman. Engkau carilah dengan itu redha Allah, semoga Dia mengamankan kamu pada hari di mana, nyawa telah sampai di tenggorok.

Bila kamu hendak mengalihkan kucing yang sedang mengganggu di tengah jalan, elak kan dari membuatnya terkejut. Carilah dengan itu redha Allah. Semoga Allah memelihara engkau dari kematian yang mengejut.

Bila engkau terpaksa membuang sisa atau baki makanan, jadikanlah niat engkau hendak memberi makhluk lain makan. Carilah dengan itu redha Allah. Semoga Allah mengurniakan engkau rezqi dari jalan yang tak disangka.
Bila engkau berniat menyebarkan perkataan-perkataan ini, niatkanlah dengannya kebaikan, semoga Allah melepaskan engkau dengannya kesusahan dari kesusahan dunia dan akhirat.

Buatlah kebaikan walau sekecil mana pun kerana engkau tidak akan tahu amalan mana yang dapat memasukkan engkau ke syurga.

Biografi Syeikh Asy-Sya’rawi

Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi (16 April 1911 M. – 17 Juni 1998 M.) merupakan salah satu ahli tafsir Alquran yang terkenal pada masa modern dan merupakan Imam pada masa kini, beliau memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan masalah agama dengan sangat mudah dan sederhana, beliau juga memiliki usaha yang luar biasa besar dan mulia dalam bidang dakwah Islam. Beliau dikenal dengan metodenya yang bagus dan mudah dalam menafsirkan Alquran, dan memfokuskannya atas titik-titik keimanan dalam menafsirkannya, hal tersebutlah yang menjadikannya dekat dengan hati manusia, terkhusus metodenya sangat sesuai bagi seluruh kalangan dan kebudayaan, sehingga beliau dianggap memiliki kepribadian muslim yang lebih mencintai dan menghormati Mesir dan dunia arab. Oleh karena itu beliau diberi gelar Imam Ad-Du’âti (baca: Pemimpin Para Da’i).

Muhammad Mutawalli Asy-Sya’râwi dilahirkan pada tanggal 16 April tahun 1911 M. di desa Daqadus, distrik Mith Ghamr, provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir. Dalam usia 11 tahun beliau sudah hafal Alquran. Syekh Asy-Sya’râwi terdaftar di Madrasah Ibtidaiyah (baca: lembaga pendidikan dasar) al-Azhar, Zaqaziq pada tahun 1926 M. Sejak beliau kecil, sudah timbul kecerdasannya dalam menghafal sya’ir (baca: puisi) dan pepatah arab dari sebuah perkataan dan hikmah, kemudian mendapatkan ijazah Madrasah Ibtidaiyah al-Azhar pada tahun 1923 M. Dan memasuki Madrasah Tsanawiyah (baca: lembaga pendidikan menengah), bertambahlah minatnya dalam syair dan sastra, dan beliau telah mendapatkan tempat khusus di antara rekan-rekannya, serta terpilih sebagai ketua persatuan mahasiswa dan menjadi ketua perkumpulan sastrawan di Zaqaziq. Dan bersamanya pada waktu itu Dr. Muhammad Abdul Mun’im Khafaji, penyair Thahir Abu Fasya, Prof. Khalid Muhammad Khalid, Dr. Ahmad Haikal dan Dr. Hassan Gad. Mereka memperlihatkan kepadanya apa yang mereka tulis. Hal itulah yang menjadi titik perubahan kehidupan Syekh Asy-Sya’râwi, ketika orang tuanya ingin mendaftarkan dirinya di al-Azhar, Kairo. Syekh Asy-Sya’râwi ingin tinggal dengan saudara-saudaranya untuk bertani, namun orang tuanya mendesaknya untuk menemaninya ke Kairo, dan membayar segala keperluan serta mempersiapkan tempat untuk tempat tinggalnya. Syekh Asy-Sya’râwi memberikan syarat kepada orang tuanya agar membelikan sejumlah buku-buku induk dalam literatur klasik, bahasa, sains Alquran, tafsir, hadits, sebagai jenis dari melemahkannya sampai orang tuanya merestuinya dengan sekembalinya ke desa asal. Tetapi ayahnya cerdas pada trik tersebut, dan membeli apa yang diminta kepadanya, sambil mengatakan: “Aku tahu anakku bahwa semua buku-buku tersebut tidak diwajibkan untuk kamu, tapi aku memilih untuk membelinya dalam rangka memberikan ilmu pengetahuan yang menarik agar kamu haus dengan ilmu”. Tidak ada di hadapan Syekh, kecuali untuk patuh kepada ayahnya, dan menjadi sebuah tantangan keinginan untuk kembali ke desa dengan cara mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya serta menelan sekaligus semua yang terjadi padanya dari ilmu-ilmu di depan matanya. Asy-Sya’râwi terdaftar di Fakultas Bahasa Arab tahun 1937 M., dan beliau sibuk dengan gerakan nasional dan gerakan al-Azhar. Pada tahun 1919 M. revolusi pecah di al-Azhar, kemudian al-Azhar mengeluarkan pengumuman yang mencerminkan kejengkelan orang Mesir melawan penjajah Inggris. Institut Zaqaziq tidak jauh dari benteng al-Azhar yang luhur di Kairo, Syekh Asy-Sya’râwi bersama rekan-rekannya berjalan menuju halaman al-Azhar dan sekitarnya, dan menyampaikan orasi dari sesuatu yang mendemonstrasikannya pada penahanan yang lebih dari sekali, dan pada saat itu beliau sebagai Ketua Persatuan Mahasiswa pada tahun 1934 M.

______________________________________________________________________

Bank Islam Malaysia Berhad – 12168020073576 / Maybank – 164799034703

About the author

Hishamuddin Abdul Aziz

Leave a Comment