“Seseorang, beri kami makan.”
Telah viral di mana-mana media bahawa kenyataan di atas adalah datang dari salah seorang atau kedua-dua kanak yang selamat dalam peristiwa yang telah diketahui umum itu.
Bagi saya, ianya bukanlah kenyataan yang aneh jika kita seorang yang benar-benar beriman kepada Allah, Rasul, Quran dan lain-lain.
Mungkin kerana kehidupan kita hari ini sudah terlalu moden, keadaan sebahagian besar masyarakat Islam yang kurang mendalami ajaran agama dan tidak ketinggalan juga oleh ilmu berteraskan fahaman sikular yang menjadi asas pemikiran sebahagian besar umat Islam hari ini, menyebabkan kenyataan di atas dilihat atau dirasakan sebagai suatu yang pelik atau aneh.
Berdasarkan Islam, ‘seseorang’ yang disebutkan itu, jika bukan manusia; ia adalah samada malaikat atau pun jin. Kita wajib meyakini bahawa kedua makhluk ini wujud di dunia ini, menjadi jiran yang tidak begitu disedari kewujudannya oleh manusia.
Ajal maut di tangan Allah, maka jika Allah mahu memanjangkan umur sesiapa pun di kalangan hambaNya, maka Allah boleh mendatangkan bermacam-macam cara atau sebab untuk itu.
Di dalam aqidah Islam, malaikat mahu pun jin, boleh menyerupakan diri mereka dengan rupa manusia.
TENTANG MALAIKAT
Banyak dalil-dalil shahih; yang menunjukkan kepada kita bahwa memungkinkan bagi malaikat yang berwujud manusia atau berwujud seperti yang diperintahkan Allah untuk boleh dilihat oleh mereka yang Allah berikan kemampuan untuk melihatnya.
Beberapa dalil tentang berubahnya wujud malaikat, dan memungkinkan untuk dilihat:
1. “Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an, iaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. (QS. Maryam: 16-19)
2. “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tetamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaaman”, Ibrahim menjawab: “Salaamun” (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak lembu gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: “Silakan kamu makan”. (Tetapi mereka tidak mahu makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut,” dan mereka memberi khabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishaq)”. (QS. Adz Dzariyat: 24-28)
3. “Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Lut, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit.” (QS. Huud: 77)
4. “Dari Umar bin Khattab –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Ketika kami pada suatu hari bersama Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa sallam-, tiba-tiba seseorang datang menghampiri kami, dengan pakaian putih bersih, sangat hitam rambutnya, tidak ada tanda-tanda dari perjalanan jauh, kami semua tidak mengenalinya, seraya mendekat kepada Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa sallam- lalu duduk dengan merapatkan kedua lututnya kepada kedua lutut Rasulullah, dan meletakkan kedua tapak tangannya di atas kedua paha Rasulullah dan berkata: “Wahai Muhammad, khabarkan kepadaku apa itu Islam ?……. lalu pergi. Saya masih bersama Rasulullah beberapa saat, seraya Rasulullah bertanya: “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa yang tadi bertanya?, saya menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril mendatangi kamu untuk mengajarkan agama kamu”. (HR. Bukhari, 8)
5. Riwayat tentang tiga orang Bani Israil yang diuji dengan penyakit belang, botak dan buta. Allah mengutus malaikat yang berwujud manusia untuk memberitahukan kepada mereka. (HR. Bukhari 3277, dan Muslim 2964)
6. Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- dari Rasulullah –sallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwasanya ada seseorang mengunjungi saudaranya di sebuah desa, maka Allah mengawasinya dengan mengutus malaikat untuk mengikutinya dan bertanya kepadanya: “Kamu mau kemana ?”, ia menjawab: “Saya mau mengunjungi saudara saya di desa ini”. Malaikat itu berkata: “Apakah anda memiliki hutang budi yang ingin anda membalasnya?”, ia menjawab: “Tidak, saya mengunjunginya karena saya mencintainya karena Allah. Malaikat berkata: “Saya adalah utusan Allah kepadamu untuk memberitahu bahwa Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena Allah”. (HR. Muslim 2567)
Banyak ulama Salaf mengatakan: “Mereka tidak akan mampu melihat malaikat pada wujud sebenarnya. Jikalau Kami turunkan malaikat kepada mereka, maka kami turunkan malaikat pada wujud manusia, hingga ada kemiripan dengan mereka, apakah sosok tersebut malaikat atau manusia. Mereka tidak akan mendapatkan manfaat apapun dengan diutusnya malaikat (pada wujud sebenarnya), maka Kami utus kepada mereka sosok manusia dari jenis mereka sendiri, yang memungkinkan untuk dilihat, dan talaqqi kepadanya, ini merupakan bentuk ihsan dan kasih sayang kepada makhluk”. (Minhaj Sunnah Nabawiyah: 2/333)
TENTANG JIN
Adapun makhluk bergelar jin, boleh menyerupai rupa manusia atau hewan. Hanya saia ia tidak boleh menyerupai rupa Nabi Muhammad. Sebagaimana sabda Rasulullah, “.. .. Syaitan tidak akan boleh menyerupaiku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Al-Qur’an telah mengabadikan penampakan jin ketika perang Badar akan berkecamuk dalam surat Al-Anfal ayat 48. lbnu Abbas berkata, “lblis telah menyerupai manusia sebagai sosok Suraqah bin Malik, pemuka Bani Mudlij. (Tafsir lbnu Katsir: 2/317).
Syaikhul lslam lbnu Taimiyyah berkata, “Dan jin boleh menyerupai rupa manusia dan haiwan. Mereka menyerupai ular dan kalajengking atau yang lainnya. Dan boleh juga menyerupai unta, lembu, kambing, kuda dan keldai serta menyerupai burung dan manusia.” (Risalatul Jin: 32).
Sementara itu ada ulama lain yang menyatakan bahwa jin boleh berubah dari bentuknya semula ke bentuk yang lain karena menggunakan ilmu sihir. Pendapat ini berdasarkan riwayat yang berasal dari lbnu Abi Syaibah, “Ada orang yang bertanya kepada umar tentang jin yang menampakkan diri, Umar berkata: Sesungguhnya seseorang tidak akan boleh merubah bentuk asli sebagaimana Allah menciptakannya ke bentuk yang lain. Kalaupun terjadi (perubahan bentuk) itu berarti sihir. Jin mempunyai tukang-tukang sihir sebagaimana kamu semua (manusia). Apabila kamu melihat penampakan (jin), maka kumandangkanlah azan.” (lbnu Hajar berkata: sanad riwayat ini sahih).
Yang jelas, penampakan jin itu bukanlah tahayul atau mengada-ada, kerana kebenaran kejadiannya telah tercatat dalam al-Qur’an (surat Al-Anfal: 48) dan juga tercatat dalam hadis sahih dari Aisyah, ia berkata, “Ketika Rasulullah salat, datanglah syaitan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya, membantingnya dan mencekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku” (HR. Nasa’i).
“Seseorang bagi kami makan.”
perkara perkara ghaib ni bukanlah sesuatu yang pelik